A piece of my loud mind
  • Home
  • About Me
  • Disclaimer


Peter Pan, tokoh dalam drama klasik karangan JM Barrie, adalah seorang anak laki-laki yang tinggal di Neverland dan menolak menjadi dewasa. Psikolog Dan Kiley menciptakan istilah Sindrom Peter Pan dalam bukunya yang berjudul "Peter Pan Syndrome: Men Who Have Never Grown Up." (1983). Menurut Kiley banyak pria berjuang untuk menjalankan tanggung jawab sebagai orang dewasa. Mereka masih hidup di dunia anak-anak yang playful, tidak bisa berkomitmen, bergantung pada orang lain, tidak dapat mengambil keputusan dan enggan membanting tulang. Pada kasus pria yang sudah berkeluarga, mereka tidak mau melakukan tugas rumah tangga termasuk mengurus anak.

BACA JUGA: Mengenal Cinderella Complex Syndrome

Salah satu penyebab Sindrom Peter Pan seperti disebutkan oleh Humbelina Robles Ortega, profesor psikologi di Universitas Granada, adalah pola asuh terlalu protektif yang membuat anak-anak jadi sangat bergantung dan gagal mengembangkan keterampilan dasar yang diperlukan untuk menjadi dewasa.

Ortega juga menyebutkan bahwa pria dengan Sindrom Peter Pan cenderung memiliki hubungan yang tidak stabil disebabkan oleh ketakutan akan komitmen. Membuat mereka sering gonta-ganti pasangan dan mencari pasangan yang lebih muda, dengan asumsi pasangan lebih muda akan memiliki lebih sedikit rencana untuk masa depan dan membutuhkan lebih sedikit investasi.

BACA JUGA: Pentingnya Punya Waktu Untuk Diri Sendiri

Walaupun sindrom ini tidak termasuk gangguan mental, tapi beberapa penelitian menunjukkan pria dengan Sindrom Peter Pan mungkin memiliki gangguan kepribadian seperti narsis dan manipulatif.


Photo by Skitterphoto from Pexels



naksir jatuh cinta infatuation


Hampir semua orang pernah mengalami infatuation, naksir berat pada seseorang. Bertemu dengan seseorang dan kamu tidak bisa berhenti memikirkan dia, berkhayal tentang dia, sleepless nights, senyum-senyum sendiri jika memikirkan dia, terus menerus membicarakan dia kepada teman-teman kamu dan deg-degan kalau mau ketemuan dengan dia. Intinya kamu naksir dia. Perasaan itu muncul entah dari mana. Satu saat, kamu berpikir jernih, tahu-tahu kamu kepincut dengan orang ini. 

Kalau kamu pernah merasa perasaan kamu terhadap seseorang bikin kewalahan tidak lama setelah terlibat dengannya, kamu sudah tergila-gila pada orang itu!
Perasaan jatuh cinta seharusnya seperti ini juga bukan? Perasaan melayang-layang, tidak bisa berpikir logis atau melakukan tindakan-tindakan konyol adalah tanda jatuh cinta?
Hey... don't get mix up...
 
BACA  JUGA: Seven Year Itch

Infatuation membuat kamu terbawa suasana. Perasaan ini disebabkan oleh kadar serotonin dan dopamine yang meningkat di otak kamu. Bikin kamu bahagia dan smiling like an idiot.

Kamu membuat alasan untuk mengabaikan perilaku buruk dia atau tidak peduli bahwa pada kenyataannya banyak ketidakcocokkan antara kalian, karena kamu terjebak dalam pergolakan perasaan. Dan ketika kamu sedang naksir berat dengan seseorang, kamu biasanya merasa insecure karena tidak yakin apakah orang yang kamu sukai punya perasaan yang sama terhadap kamu. Apakah dia menyukai orang lain atau bahkan dekat dengan orang lain. Kamu jadi cemburuan dan posesif. Kamu takut kehilangan dia. Tapi perasaan itu bisa tiba-tiba menguap begitu saja. Yes, just like that!

Sedangkan cinta biasanya dimulai dengan naksir, tetapi menjadi lebih stabil ketika perasaan tergila-gila memudar. Kamu sepenuhnya sadar akan apa yang kamu hadapi, dan kamu tetap ingin melakukannya. Ketika kamu masih ingin bersama orang itu setelah "kegilaan" awal habis, itu pasti cinta. Dan hubungan yang kuat butuh waktu, komunikasi yang baik, affection, saling menghargai dan chemistry.

Jadi kamu sedang jatuh cinta atau cuma naksir berat sama seseorang?

Image by Designecologist from Pexels
 


Tiga hari sebelum hari Valentine, toko bunga teman saya super heboh karena pesanan rangkaian bunga dan rose bouquet membludak. Kulkas penyimpanan bunganya penuh dominasi mawar bermacam jenis dan warna. Teman saya sempat berbisik kalau harga mawar dari supplier jadi naik berlipat lipat mendekati hari Valentine.

What's the big deal about Valentine's day?
Hari dimana harga bunga jadi lebih mahal dari biasanya, penjualan coklat mendadak meroket dan waktunya gift shop meraup keuntungan. A total rip-off!

Perayaan yang berawal dari tradisi Pagan dan berkembang menjadi overrated and commercialised celebration.

Untuk banyak pasangan, Hari Valentine adalah hari yang sangat spesial. Tapi menurut saya kita tidak perlu satu hari untuk menunjukkan cinta kepada orang-orang penting dalam hidup kita.

Every Day Should Be About Showing Love!


Image from Etsy


Relationship marriage setia


Sejak kecil kita sudah terekspos dengan pernyataan happily ever after. Seorang putri bertemu dengan pangeran pujaan, kemudian mereka hidup bahagia selamanya. Tapi ternyata kenyataan tidak seperti harapan yang selama ini diimpikan.

Sering kali saya jadi tempat curcol teman-teman soal pasangan mereka. Surprisingly, sebagian besar curhatannya adalah masalah ketidak puasan mereka dengan pasangan masing-masing. Padahal selama ini hubungan mereka terlihat baik-baik saja. Banyak juga yang akhirnya cerita kalau mereka punya selingkuhan, bahkan mereka yang sudah menikah!

What?? Is there something wrong with them? atau sekarang ini memang sedang tren untuk punya selingkuhan?

Terlepas dari apakah ini sebuah tren atau bukan, namun faktanya perselingkuhan sering disebabkan oleh adanya kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi oleh pasangan masing-masing.

Apa sih kebutuhan dasar manusia itu?

Kebutuhan dasar manusia dibagi menjadi 5 kategori:
1. Kebutuhan mendasar akan pemenuhan sandang, pangan, papan dan seksual
2. Kebutuhan akan rasa aman.
3. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki.
4. Kebutuhan untuk dihargai atas pencapaian dan harga diri.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri.

BACA JUGA: Mengenal Cinderella Complex Syndrome

Selain pemicu awal dari kebutuhan yang tidak terpenuhi masih banyak faktor pendukung lain, seperti:
1. Rasa cinta yang memudar. Kurangnya komunikasi, masing-masing sibuk dengan dunia dan ego nya sendiri, dendam karena masalah yang menumpuk menjadi penyebab rasa cinta yang mulai pudar.
2. Pasangan yang terlalu bergantung, posesif dan over protective. Biasanya masalah ini disebabkan oleh kaum perempuan dengan Cinderella Complex Syndrome.
3. Peter Pan Syndrome yang membuat kaum pria cenderung menjadi manja, sangat bergantung, sulit berkomitmen, tidak bertanggung jawab, manipulatif, narsis dan suka tebar pesona.
4. Balas dendam. Untuk melampiaskan rasa sakit hati karena pasangannya berselingkuh.
5. Butuh pengakuan kembali. Setelah menjalani hubungan yang lama dan monoton, muncul kerinduan untuk merasa dianggap istimewa dan menarik seperti saat masa lajang. Selingkuh memberikan sensasi tersebut.

BACA JUGA: Naksir Berat atau Jatuh Cinta?

Kenyataan memang tidak seindah dongeng. Tiap orang punya masalah masing-masing. Dan ketika mereka tidak punya jalan keluarnya... Mereka sering kali mengambil jalan pintas.


Image by pexels.com




Sindrom ketergantungan

Kebutuhan ketergantungan (dependency needs) adalah hal yang normal, untuk pria dan juga untuk wanita. Tetapi dalam pola pengasuhan tradisional, pria dibesarkan untuk menjadi mandiri dan wanita sejak kecil sudah dibiasakan untuk tidak menaklukkan ketakutan, tetapi menghindarinya dan melakukan hal-hal yang membuat mereka merasa nyaman dan aman. Fakta ini yang membuat perempuan memiliki rasa tidak percaya diri akan kemampuan dirinya sendiri dan tidak mandiri.

Colette Dowling, seorang penulis Amerika, dalam bukunya  "The Cinderella Complex: Women's Hidden Fear of Independence" (1981) menjelaskan bahwa Cinderella Complex adalah sebuah keadaan dimana wanita tanpa sadar merasa bahwa mereka adalah makhluk lemah yang butuh dilindungi dan diselamatkan oleh pria.

BACA JUGA: Awal Runtuhnya Kesetiaan

Wanita dengan gejala Cinderella Complex mengharapkan sosok "pangeran" sempurna hadir dalam hidupnya seperti dalam dongeng Cinderella. Mereka terbuai dengan harapan diselamatkan oleh "Prince Charming" dan "happily ever after".

Banyak perempuan penderita sindrom ini yang menjalani hubungan tidak sehat dengan pasangannya. Mereka terlalu mengidolakan pasangannya, dan menutup mata akan kekurangan pasangannya. Akibatnya perempuan memiliki ekspektasi yang tidak realistis dan berujung pada kekecewaan karena pasangannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.


Photo by: pixabay.com/panajiotis

relationship marriage


The seven-year itch
adalah istilah psikologis yang menunjukkan bahwa kebahagiaan dalam suatu hubungan menurun setelah sekitar tahun ketujuh perkawinan (source: wikipedia)

Kaget banget waktu baca berita soal pasangan selebriti ideal sejagat Indonesia mendadak memutuskan bercerai. Pertanyaan pertama yang muncul adalah... KENAPA?? Mereka termasuk pasangan selebriti yang gak banyak diterpa gosip, bukan pasangan yang cari sensasi dengan drama-drama settingan juga. Good looking and successful couple with an adorable girl! What can go wrong?

Well, everything about marriage can go wrong anytime.

Kok gitu?
Karena kamu dan pasangan adalah dua orang yang berbeda, dan kalian akan selalu menjadi dua orang yang berbeda. That's for a start.

Di awal pernikahan, kebanyakan orang fokus pada pasangannya, berusaha keras untuk menyenangkan pasangan dan masing-masing menunjukkan sisi terbaiknya. Kalau pun merasa ada kekurangan biasanya kita tutup sebelah mata.

Setelah efek bulan madu selesai, reality bites. 24/7 hidup bareng mulai deh ketahuan semua belangnya, gak ada yang bisa ditutupin. Belum lagi harus menghadapi masalah-masalah rumah tangga seperti bayar tagihan, jenuh dengan rutinitas sehari-hari, urusan anak, pasangan yang cemburuan, istri gak pintar masak, suami gak mau bantu urusan rumah yang akhirnya bikin pasangan jadi sering bertengkar.

Kebiasaan-kebiasaan sepele pun jadi masalah. Suami lupa gantung handuk aja bisa bikin berantem dan gak mau saling ngomong seharian. Komunikasi mulai berkurang, masing-masing sibuk dengan dunia dan ego nya sendiri, merasa tidak dimengerti, bertengkar untuk menang bukan untuk mencari solusi, mulai membanding-bandingkan pasangan dengan orang lain, one problem leads to another.

BACA JUGA:  Awal Runtuhnya Kesetiaan

Kalau sudah sampai di titik ini apakah cerai adalah solusi? Apa kondisi ini bisa diperbaiki? Tentu saja bisa, consider it as a wake-up call to improve your relationship.

"Marriage don't run on cruise control. Marriage can get dull and it takes hard work and effort to bring the sparks back."

Apa sih yang membuat kita jatuh cinta sama pasangan kita? Apa komitmen awal kita waktu menikah?

Jatuh cinta adalah awal dari hubungan yang membawa kita ke pernikahan, tapi setelah itu membangun dan mendewasakan cinta yang harus dilakukan untuk menjaga komitmen pernikahan.

Change the way you think about love. Lihat cinta sebagai kata kerja bukan kata benda. Dinamis dan terus menerus berubah. Seperti air yang mengalir di sungai yang panjang dan berliku kadang mengalir tenang, kadang menabrak bebatuan. Tapi itu bagian dari petualangan.

Hindari rutinitas, coba hal-hal baru bersama, luangkan waktu untuk berdua saja tanpa gangguan anak-anak, perbaiki cara komunikasi, hargai pasangan sebagai individu termasuk kebutuhannya untuk "me time" dan bersosialisasi dengan teman-temannya.

Terus berusaha untuk bekerja sama mencari jalan keluar untuk setiap masalah. Ketika masing-masing merasa didukung, dimengerti dan dan dihargai, masalah akan terselesaikan dengan baik. And suddenly you realise... hey, the itch is gone! 

Image by Pexels.com

Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Hello, I am Jo. A graphic designer, living in Jakarta. I blog mostly about coffee, lifestyle, fashion, relationship but random topics might pop up out of my loud mind. And also check my story about the Archipelago too. Thank you for stopping by and I hope you enjoy a piece of my loud mind.



Populer Posts

  • Kontribusi Industri Fashion Terhadap Perubahan Iklim
  • Amygdala: Bagian Otak Pembajak Emosi
  • 4 Jenis Kopi Yang Paling Terkenal di Dunia

Category

  • coffee
  • fashion
  • free printable
  • lifestyle
  • random mind
  • relationships
  • skincare
  • social media
  • travel
  • wellness

Arsip Blog

  • ▼  2022 (11)
    • ▼  April (1)
      • Kontribusi Industri Fashion Terhadap Perubahan Iklim
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2021 (22)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
  • ►  2020 (7)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (22)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (13)
    • ►  Desember (9)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)

Followers


Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates