Amygdala: Bagian Otak Pembajak Emosi


Curly hair woman screaming

Otak manusia adalah salah satu organ yang paling menarik. Otak berfungsi sebagai pusat komando tubuh yang memungkinkan manusia melakukan kegiatan sehari-hari. Dari semua hal luar biasa yang dapat dilakukan otak, fungsi utamanya adalah untuk bertahan hidup. Otak terus menerus mencari dan memberi respon terhadap segala hal yang dianggap sebagai ancaman.

Amigdala adalah bagian otak berbentuk seperti kacang almond yang terletak di bagian tengah otak. Berfungsi memproses emosi dan berperan dalam mengontrol respon fight-or-flight (melawan atau melarikan diri).

Manusia purba mengembangkan respon ini untuk menghadapi ancaman fisik dalam situasi berbahaya. Otak melepaskan hormon stres yang mempersiapkan tubuh untuk menghadapi atau melarikan diri dari ancaman. Dorongan untuk melindungi diri ini bersifat otomatis dan dibawah sadar.

Prefrontal cortex adalah bagian otak yang mengatur pemikiran, gerakan, perencanaan dan pengambilan keputusan. Otak bagian depan ini memungkinkan manusia untuk mengevaluasi emosi dan kemudian menggunakan pengalaman dan penilaian untuk merespons secara sadar. Reaksi-reaksi ini tidak otomatis, seperti yang dihasilkan oleh amigdala.

Saat terjadi ancaman fisik, amigdala segera memberikan respons fight-or-flight, tetapi prefrontal cortex memproses informasi yang diterima untuk menentukan apakah ancaman itu benar berbahaya. Jika bukan bahaya langsung, prefrontal cortex membantu untuk memutuskan apa yang harus dilakukan untuk menanggapi kondisi tersebut.

BACA JUGA: Mengenal 4 Hormon Pemicu Rasa Bahagia

Untuk ancaman ringan atau sedang, prefrontal cortex seringkali dapat tidak mengindahkan amigdala sehingga dapat memberi respon secara rasional. Tetapi dalam kasus ancaman yang kuat, amigdala langsung memicu respons fight-or-flight sebelum cortex sempat bereaksi untuk mencegah.

Saat ini, ancaman umum manusia cenderung berbeda dengan yang dialami oleh manusia purba. Ancaman yang dihadapi lebih banyak dipicu oleh emosi seperti stres, ketakutan, kecemasan, agresi, dan kemarahan. 

Namun amigdala tidak dapat membedakan antara ancaman fisik dan emosional. Dalam kondisi emosi, amigdala terpicu secara otomatis sebelum prefrontal cortex dapat memberikan alasan logis untuk menanggapi situasi tersebut. Hal ini menyebabkan reaksi mendadak yang emosional dan tidak logis bahkan tidak wajar. 

Dalam buku “Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ”, psikolog Daniel Goleman menamakan reaksi emosional yang berlebihan ini amygdala hijack. Pembajakan amigdala terjadi ketika amigdala merespon stres dan melumpuhkan prefrontal cortex menyebabkan orang bereaksi secara emosional, tidak dapat berpikir jernih dan kehilangan perspektif. Sering kali pembajakan amigdala menghasilkan reaksi emosional yang mengarah pada penyesalan dan rasa malu setelahnya.

BACA JUGA: Pentingnya Punya Waktu untuk Diri Sendiri

Gejala Amygdala Hijack

Gejala pembajakan amigdala disebabkan oleh respon kimiawi tubuh terhadap stres. Hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal, kortisol, dan epinefrin, mempersiapkan tubuh untuk melawan-atau-lari dan memiliki efek pada tubuh seperti:

- Detak jantung cepat
- Kulit lembab
- Pupil melebar untuk meningkatkan penglihatan untuk respons yang lebih cepat
- Berkeringat
- Merinding
- Peningkatan gula darah – untuk energi segera
- Pembuluh darah yang berkontraksi memungkinkan tubuh untuk mengarahkan darah ke kelompok otot utama
- Jalur udara memperluas untuk memungkinkan oksigen lebih banyak masuk

Pembajakan amigdala dapat menyebabkan perilaku yang dianggap tidak rasional seperti berteriak, caci maki, histeris atau menangis.

Mad man in checkered shirt
Andrea Piacquadio from Pexels.com

Bagaimana Mencegah Amygdala Hijack

Goleman mengusulkan agar kecerdasan emosional harus ditingkatkan mencegah pembajakan amigdala.

Ada 5 kompetensi dasar yang penting untuk meningkatkan kecerdasan emosional yaitu:

1. Kesadaran diri
Menjadi sadar diri adalah kemampuan untuk mengenali perasaan saat itu terjadi. Mengendalikan situasi untuk mempertimbangkan harus bagaimana menanggapi keadaan dapat mencegah amigdala mengesampingkan pemikiran rasional.

2. Pengaturan diri
Kemampuan mengatur diri sendiri berarti pengelolaan emosi yang baik sehingga mampu untuk  dapat merespon stres secara logis bukan dengan bereaksi secara emosional tanpa pertimbangan. 

3. Motivasi
Orang yang cerdas secara emosional, menurut Goleman, adalah yang memiliki motivasi intrinsik dalam bekerja atau kegiatan lainnya.

4. Empati
Peka terhadap perasaan orang lain dan mengelola emosi sendiri agar dapat menanggapi konflik dengan baik.

5. Keterampilan sosial
Menurut Goleman, orang yang cerdas secara emosi menunjukkan keterampilan sosial yang baik dan mampu untuk bereaksi secara positif saat terjadi konflik atau tekanan.

6. Mindfulness
Mindfulness adalah metode lain yang dapat digunakan untuk mencegah pembajakan amigdala. Kesadaran penuh (mindfulness) adalah kemampuan untuk sepenuhnya hadir pada saat ini, sadar akan diri, di mana seseorang berada, dan apa yang dirasakannya.

BACA JUGA: Menjaga Pikiran Positif Selama Pandemi

Cara Mengatasi Amygdala Hijack

Pembajakan amigdala dapat tetap terjadi walaupun tindakan pencegahan sudah dilakukan. Namun ada baiknya mempelajari bagaimana cara mencegah dan mengatasinya.

1. Mengenali dan menamai emosi saat terjadi. Ini dapat menggeser koneksi kembali ke prefrontal cortex. Bahkan hanya dengan menyatakan 'Saya kesal' bisa cukup untuk membuat perasaan menjadi kurang intens dan mengembalikan pola pikir rasional.

2. 6-second rule (Aturan 6 detik). Reaksi kimiawi penyebab respon amigdala dapat menghilang dalam hitungan detik, oleh karean itu menunda respon selama sekitar 6 detik dapat mencegah amigdala mengambil kendali yang dapat menyebabkan reaksi emosional. Luangkan waktu untuk memikirkan sesuatu yang positif atau untuk fokus pada pernapasan.

3. Pernapasan dapat menjadi alat yang ampuh selama situasi yang meningkat karena dapat memicu sistem saraf parasimpatis untuk menghasilkan respon tubuh yang tenang. Mengendalikan pernapasan dalam situasi stres menghasilkan keputusan rasional yang tidak didorong oleh emosi.

4. Bergerak dan berpindah posisi dalam situasi stres akan mengaktifkan kembali bagian otak yang mengendalikan pikiran. Selain itu, menjauh dari situasi saat dilanda stres yang tidak terkendali dapat membantu untuk menguasai emosi dan melihat segala sesuatu dari perspektif yang rasional.

5. Berbagi beban mental dengan orang terpercaya saat merasakan emosi yang berlebihan, dapat mengurangi tekanan mental dan mengurangi ancaman yang dirasakan oleh amigdala. Penggunaan bahasa atau berbicara dalam situasi yang sangat emosional mendorong kerja prefrontal cortex dan mengembalikan cara berpikir rasional.

BACA JUGA: 4 Langkah Penting untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Ketika pembajakan amigdala tidak dapat dicegah, akan sangat membantu untuk mengakui tindakan yang telah dilakukan, refleksi diri dan menjadikan pelajaran untuk menghindari pembajakan amigdala di kemudian hari.

Sumber:

Main photo by Liza Summer from Pexels.com

0 comments