Ketika menerima undangan dari Art Jakarta 2019 yang pertama kali saya ingat adalah Nadine. Sepupu yang sudah lama sekali tidak bertemu. Sejak Nadine balik ke Indonesia setelah selesai pendidikan Master in Arts Management and Administration dari SDA Bocconi di Milan, kita belum sempat ketemuan lagi. Beberapa kali bersapa di whatsapp tapi cuma sebatas tanya kabar saja. Jadi acara ini akan jadi moment yang pas buat catching up and I can't think anyone else would be as excited as me going to an art exhibition. Kita pun janjian untuk bertemu di Jakarta Convention Centre Senayan di hari Jumat 30 Agustus tepat di hari pembukaan Art Jakarta 2019.
Art Jakarta 2019, A Feast to the Eyes.
Sebetulnya membayangkan harus berada di jalanan Jakarta di hari Jumat itu bikin pusing kepala. How to beat Friday's traffic madness? Tapi demi ketemu dan meluangkan waktu untuk ngobrol soal seni dengan Nadine is worth fighting for. Lebay ya? Tapi begitulah kami, waktu masih tinggal di Singapura kami sering menghabiskan akhir pekan bareng untuk datang ke acara pertunjukan musik, tari ataupun pertunjukan seni lainnya. Miss those weekends!
Very cool card design! |
Sekilas tentang Art Jakarta.
Merupakan pameran seni kontemporer berskala internasional. Tahun ini memasuki dekade kedua perhelatan karya seni terbaik se-Asia Tenggara diselenggarakan. Pameran ke-11 ini menggandeng 70 galeri seni dari 14 negara, yaitu Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Indonesia, Malaysia,
Amerika Serikat, Taiwan, Rusia, Australia, Thailand, Filipina, Vietnam
dan Tiongkok. Selain itu lokasi pameran pindah dari tahun lalu di Pacific Place ke Jakarta Convention Centre Senayan menjadikan ruang pameran jauh lebih besar, program-program yang ditawarkan pun lebih beragam.
Selain pameran seni, enam program yang berbeda ditawarkan penyelenggara Art Jakarta 2019. Program-program tersebut adalah Art Jakarta Galleries, Art Jakarta Spot, Art Jakarta X, Art Jakarta Play, Art Jakarta Scene, serta Art Unlimited yang merupakan kerjasama Art Jakarta dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
Tahun ini, 21 dari 70 galeri yang turut berpartisipasi melakukan debutnya dalam Art Jakarta termasuk ekshibitor baru Phillips Auctioneers.
Salah satu highlight dari Art Jakarta 2019 adalah charity bertajuk "Renoscape" yang
disiapkan bersama dengan OPPO. Di gelaran tersebut, berbagai karya seni
unik yang disiapkan oleh 13 seniman ternama Indonesia dilelang, dan
hasilnya didonasikan untuk Mitra Museum Jakarta serta the Happy Hearts
Indonesia.
Wenas Heriyanto - The Golden and Fire Rooster |
A feast to the eyes and enriching your soul.
Memasuki ruang pameran utama saya dan Nadine sempat bingung kemana kami harus mulai. Mungkin kita terlalu excited tapi juga karena begitu banyak lukisan dan instalation art yang menarik untuk dilihat. Dan itu baru saja beberapa langkah dari pintu masuk.
Di tengah serunya keliling pameran, kami bertemu dengan Augry seorang art buyer teman lamanya Nadine. Augry mengajak kami untuk mengunjungi galeri milik temannya, Gudang Gambar. Karya-karya yang dipamerkan galeri ini sangat menarik, berwarna dan variatif. Salah satunya adalah karya Rujiman, sang Pelukis Ikan Koi.
Riding the Current of Wealth - Rujiman |
"Ikan koi dianggap melambangkan keberuntungan dan kesuksesan dalam budaya Cina. Dan dalam budaya Jepang ikan ini dianggap sebagai simbol keberanian dan pantang menyerah. Komposisi yang cantik dari pergerakan sembilan ikan mengalir mengikuti arus dengan warna yang cerah memberikan energi yang kuat di setiap panel lukisan."
Karya lainnya yang menarik perhatian adalah Paper Boat Series oleh Karmalogy.
Upside Down - Karmalogy |
"Siklus kehidupan selalu menjadi inspirasi bagi banyak seniman. Karmalogi percaya ada nilai dan elemen spiritual yang melekat pada siklus kehidupan. Apa yang membuat realitas kita terdiri dari cinta, kegembiraan, pengertian, kesedihan dan harapan. Karmalogy juga menyebutkan tema 'Karma', yang melekat pada setiap karya seni yang dia lakukan. Menabur dan menuai adalah prinsip sejati yang berlaku untuk setiap individu. Terbalik dibuat untuk menunjukkan hubungan rapuh antara bagian atas dan titik terendah dari setiap jiwa. Bagaimana hidup bisa terbalik dalam sedetik dan mengubah pecundang menjadi pemenang dan sebaliknya. Untuk menekankan ini, ia menggunakan panel ganda untuk menggambarkan aliran waktu yang berkelanjutan. Panel-panelnya fleksibel untuk ditampilkan baik secara horizontal maupun vertikal, yang membuatnya menjadi karya seni yang luar biasa untuk dilihat." Ulasan diambil dari Kaca Jiwa.
Untuk koleksi inspiratif lainnya silahkan cek di Gudang Gambar dan GG-X by Gudang Gambar. You'll be mesmerised!
Masih banyak karya lain yang menarik perhatian saya, bukan karena menyenangkan untuk dilihat tapi juga punya arti yang dalam dan menyampaikan pesan dengan cara yang menarik.
Nano Warsono - Satmata |
"Karya seni ini didasarkan dari lukisan Leonardo Da Vinci, Salvador Mundi, tetapi diubah menjadi gaya komik dengan gambar-gambar baru dan gesture graffiti yang berbeda. “Tuhan Tidak Beragama” adalah kutipan dari Mahatma Gandhi, adalah untuk mengkritik situasi di dunia pada umumnya dan khususnya di Indonesia. Banyak konflik muncul karena kepercayaan mereka (agama) meskipun mereka digunakan untuk manuver politik dan perebutan kekuasaan. Kutipan ikonik dari Gandhi dan sosok Yesus Kristus dari Salvatore Mundi adalah representasi sempurna terhadap situasi ini. Satmata adalah nama karakter Jawa lokal favorit Nano yang memiliki sejarah yang sama dengan gambar dan juga memiliki ide yang sama dengan kutipan Gandhi."
I Got You Now - Naufal Abshar |
Cleopatra & Mark Antony (Giovanni Batista Tiepolo) - Eddy Susanto |
"The Renaissance of Panji - dalam pendistribusian cerita Panji di beberapa wilayah Asia Tenggara, cerita ini diyakini memiliki berbagai versi dan modifikasi. Dalam proyek seni Panji berbasis cerita transnasional ini, Eddy Susanto menyandingkan benang merah dari sudut pandang yang berbeda antara cerita Panji di Jawa dan karya-karya Old Masters Eropa, yang membawa mitologi cinta. Dia sampai pada pemahaman bahwa kisah Panji berkorelasi dan tidak terpisahkan dan bahkan memainkan peran penting sebagai harta dari zaman besar peradaban dunia."
Marinka World - Suroso Isur |
"Salah satu pelukis figur yang luar biasa, sering menggunakan karya pelukis legendaris Indonesia dan Old Masters sebagai background lukisannya. Para obyek utama lukisannya menarik, misterius dan menjadi perdebatan panjang antara kami bertiga."
Yellowball - Gatot Indrajati |
"I can sit in front of it for hours and come out wtih all kind of stories out of this interesting piece. My personal favourite!"
Rasanya belum puas untuk melihat semua karya di pameran tiba-tiba sudah ada pengumuman bahwa pameran sudah akan ditutup. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Kami bahkan belum makan malam. Padahal saya paling tidak bisa telat makan. Ternyata arts bisa membuat saya lupa akan sakit maag akut.
Thank you and see you next year Art Jakarta!